Minggu, 08 September 2013

Mulut, Jidat dan Kepala Jokowi

(Sebelum menulis ini, penulis sudah meminta maaf kepada Jokowi, dalam hati)
Ketika anda melihat foto atau menonton video Jokowi, sebenarnya apa yang membuat orang itu begitu populer? Walau baru beberapa bulan menjadi gubernur DKI Jakarta, popularitasnya jauh mengungguli tokoh-tokoh lain. Tampang Jokowi selalu mendominasi pemberitaan, baik cetak maupun online. Gantengkah dia? Walaupun belum ada survei, tapi saya yakin tak banyak yang sanggup mengatakan Jokowi ganteng. Coba lihat maaf ‘mulutnya’. Pada umumnya bentuk mulut yang bagus adalah yang tidak terlalu lebar, bahkan cenderung mungil. Bagaimana bentuk mulut Jokowi? Alih-alih mungil, mulutnya malah terlalu lebar untuk ukuran rata-rata orang Indonesia. Mulut yang lebar menyebabkan semua isinya, gusi dan gigi, akan tampak seluruhnya ketika si empunya tertawa. Kalau Jokowi pas ketawa, amit-amit gak ada daya tariknya sama sekali bahkan cenderung maaf ‘nggilani’. Mohon maaf bagi yang sedang hamil, jangan sekali-kali menertawai tampilan Jokowi, bisa kualat nular ke calon cabang bayi.
Alihkan perhatian Anda pada maaf ‘jidatnya’. Jidat Jokowi terlalu menonjol dan terlalu lebar. Kalau dalam istilah Jawa disebut ‘nonong’. Jidat nonong dalam rumus orang ganteng, sangat diharamkan. Jidat nonong menjadikan bagian wajah yang lain, seperti pipi dan hidung tampak tenggelam, kalah menonjol dengan jidatnya. Padahal hidung adalah pusat perhatian lawan saat berhadapan. Hidung pula yang menjadi salah satu barometer orang disebut ganteng atau jelek.
Dan berikutnya adalah kepala, terutama bagian belakang. Secara anatomis, kepala Jokowi menonjol kebelakang. Kalau dalam istilah Jawa disebut ‘ngganyot’. Ukuran kepalanya juga relatif lebih besar dari ukuran rata-rata orang Indonesia. Bentuk kepala yang cenderung besar dan ngganyot sama sekali tidak enak dipandang, apalagi dengan badannya yang kerempeng menjadi terkesan berat atas daripada bawah. Tak heran, cara jalan Jokowi seperti melayang-layang.
Dari analisis mulut, jidat dan kepala tadi dapat disimpulkan bahwa Jokowi adalah pria bermulut lebar, berjidat nonong dan berkepala ngganyot. Samber geledek… siapa berani memasukkan dalam kategori ganteng?
Sekarang saatnya berpikir serius. Trus kenapa Jokowi begitu populer, digandrungi di mana-mana? Digadang-gadang banyak orang sebagai seorang calon presiden RI 2014. Kenapa pollingnya selalu mengalahkan wajah-wajah lama yang relatif ganteng dan cantik? Jawabnya adalah karena MUAK. Ya, masyarakat di Indonesia sudah muak dengan pemimpin yang ganteng tetapi serba penuh pencitraan (kamuflase). Muak dengan pemimpin yang korup, atau membiarkan korupsi merajalela.
Pemimpin yang gamang, ragu-ragu dan tidak konsisten. Kini masyarakat begitu mendambakan pemimpin yang sederhana (baca: lugu), tanpa basa-basi, tanpa kompromi dan penuh percaya diri. Dan impian banyak orang itu ngejawantah pada diri seorang Jokowi. Ya, pria jelek bermulut lebar, berjidat nonong, dan berkepala ngganyot itu begitu mempesona masyarakat Indonesia. Tanpa mendahului kehendak Yang Di Atas, rasanya sulit membendung Jokowi menuju RI 1. Kita tunggu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda membangun kami.