Senin, 03 Juni 2013

Pelajaran Sejarah, Kurikulum 2013 dan Teknologi Informasi


Peran Strategis Mata Pelajaran Sejarah


Dokumentasi sejarah menjadi sarana penting dalam mempelajari kemajuan dan kemunduran suatu bangsa yang terkandung dalam berbagai peristiwa di masa lalu. Dengan demikian, pelajaran dari peristiwa masa lalu yang sudah menyejarah menjadi sangat berguna dalam memaknai hidup yang tengah berjalan demi kemajuan di masa depan. Tujuan pembelajaran sejarah bukan sekadar transfer pengetahuan tetapi juga transfer nilai-nilai kearifan.


Nilai fundamental mata pelajaran sejarah terarah pada pencerahan jiwa dalam berbagai aspek seperti memupuk jiwa demokratis dan kemanusiaan, mengembangkan sikap jujur, adil, dan kerelaan berkorban. Selain itu juga untuk menanamkan dan menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda sehingga sadar dan insyaf untuk mencintai bangsa dan negaranya.



Mata Pelajaran Sejarah Kini


Sayangnya kini pelajaran sejarah semakin tidak diminati oleh siswa setidaknya menurut pengalaman penulis. Pelajaran sejarah dianggap sebagai pelajaran yang tidak penting, kuno dan cenderung diremehkan. Mayoritas siswa menempatkan pelajaran sejarah dalam level yang lebih rendah dibanding pelajaran lain yang lebih menarik dan interaktif.  Secara faktual pengajaran sejarah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas masih kurang menggembirakan.  Kondisi ini bukan kasuistik dan temporal, melainkan sudah bersifat universal dan masif.


Hal ini tentu sangat memprihatinkan, disaat arus pengaruh asing sedang deras-derasnya mengalir masuk ke Indonesia, semakin sedikit saja sarana untuk membentenginya. Peran pelajaran sejarah sebagai salah satu peneguh identitas bangsa hampir tidak nampak karena dari anak bangsa sendiri sudah nyaris tak ada pemahaman dan penghargaan lagi terhadap sejarah-sejarah yang telah dilalui bangsanya.


Menurut Y.R. Subakti dalam pembelajaran sejarah, mayoritas guru sejarah masih mengajar menggunakan pola-pola konvensional baik teknik penyampaian maupun media yang digunakan. Mata pelajaran sejarah diajarkan dengan satu metode andalan yaitu ceramah. Siswa masih diposisikan sebagai objek dan lebih mengarah pada produk, bukan proses. Akibatnya sejarah identik dengan ceramah, seolah-olah pembelajaran sejarah menabukan inovasi dalam desain pembelajaran. Metode pembelajaran yang kaku berakibat buruk untuk jangka waktu panjang dan berpotensi memunculkan generasi yang mengalami ‘amnesia’ sejarah bangsa sendiri.



Kurikulum 2013 dan Teknologi Informasi


Mata pelajaran sejarah harus segera direposisi, metodologi pengajarannya harus direvitalisasi, terlebih pengenalan sejarah sangat berpengaruh terhadap pembentukan watak (character building) sebuah bangsa.  Masih menurut Y.R. Subakti setidaknya ada empat komponen yang saling berkait dan menjadi penyebab munculnya masalah dalam pembelajaran Sejarah: (1) tenaga pengajar sejarah yang pada umumnya miskin wawasan kesejarahan karena ada semacam kemalasan intelektual untuk menggali sumber sejarah, baik berupa benda-benda, dokumen maupun literatur;  (2) buku-buku sejarah dan media pembelajaran sejarah yang masih terbatas; (3) peserta didik yang kurang positif terhadap pembelajaran sejarah; dan (4) metode membelajaran sejarah pada umumnya kurang menantang daya intelektual peserta didik.


Dengan munculnya kurikulum 2013 yang segera diimplementasikan, kita pantas berharap banyak pada kurikulum tersebut. Dari sisi subtansi materi kesejarahan semoga konten kurikulum yang sempat membuat ‘ribut’ pemerhati pendidikan itu memunculkan sesuatu yang baru dan lebih sunbstansif. Konten sejarah yang tidak hanya menguliti luarnya saja, konten sejarah yang tidak berpihak pada siapa penulis sejarahnya serta bukan konten sejarah yang sesuai pesanan penguasa. Melainkan sebuah konten sejarah yang bermakna, bebas dari unsur ‘like and dislike’, dan mengalir sesuai perkembangan jaman.  Bukan sebuah konten yang kaku, melainkan sebuah konten yang akan menarik minat siswa untuk mendalami dan mengkritisi. Tentu itu menjadi hal yang positif asalkan guru mampu membimbing daya kritis siswa tidak melenceng dari tujuan awal pembelajaran.


Sebagaimana kita baca dari berbagai media (penulis belum mendapatkan dokumen resmi atau memang belum ada) bahwa kurikulum 2013 akan mengintegrasikan teknologi informasi (TI) dalam semua mata pelajaran. Dalam pembelajaran semua mata pelajaran harus menggunakan TI baik sebagai media pembelajaran maupun sebagai sumber belajar.
Terkait dengan pembelajaran sejarah yang kurang diminati siswa, menurut penulis ada relevansinya dengan penerapan TI dalam pembelajaran. Jika pembelajaran sejarah disajikan menggunakan TI hipotesa penulis, ini akan berdampak positif pada ketertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah. Konten mata pelajaran sejarah yang beragam mulai sari sosial, politik, ekonomi dan budaya akan lebih menarik untuk dieksplorasi menggunakan media pembelajaran berbasis TI. Konten akan semakin kaya jika mata pelajaran sejarah dirujukkan pada berbagai sumber yang dapat dengan mudah kita peroleh di internet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda membangun kami.